Kamis, 15 April 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 12

Contributor & Writer : Abhirama T.

Editor : Jalu A.


Bab kali ini dikarang oleh penulis yang berbeda dari bab sebelumnya. Kontributor tersebut secara khusus menulis untuk Chapter 12.



BAB 12 : Kabut Merah

1200 Hours

Ambalat, Celebes Sea

tak ada yang dapat dilihat di luar heli huey yang mereka naiki selain kegelapan malam, cuaca yang mendung pun menghalangi cahaya bulan sehingga pandangan keluar nyaris hitam pekat. tapi para unit yontaifib yang dikomandoi Andra justru memandang kegelapan itu sebagai keuntungan. meski suara heli tidak bisa dibilang tenang, tapi semua orang di dalamnya tidak ada yang berkata apa-apa, sebagian sedang menenangkan diri dan sebagian yang lain sedang berdoa.

sesuai rencana, mereka diturunkan di KRI Soekarno, aircraft carrier kebanggaan Indonesia dan simbol baru dari TNI AL. Disamping kanan-kiri,belakang-depan, mengikuti beberapa kapal Korvet, Fregat, Destroyer, PKR, LPD dan Kapal Selam. ada kebanggaan tersendiri bagi Andra ketika menginjakkan kakinya di kapal itu, dia menganggap kapal itu adalah penjaga perairan Indonesia yang luas ini.

para tim yang diberi code name Eagle One itu tanpa membuang-buang waktu mengecek ulang senjata-senjata mereka yang sudah disiapkan semenjak mereka berangkat.
"Ada masalah?" tanya Andra kepada timnya untuk memastikan
"tidak ada pak, semua bersih".
"bagus. heli yang akan mengangkut kita sudah siap, kita juga sesuai jadwal, kita pergi saja sekarang!"

“Naik apa kita?

“CH-47, Brand New. Penerbal baru beli 20 unit.”


heli chinook baru itu yang memiliki tail number C-003 sudah menuju DZ dalam 5 menit. dan beberapa saat kemudian, perahu karet yang akan dipakai untuk mendarat pun sudah dinaiki tim EO dan sudah menuju DZ.
"ga, flare udah dibawa kan? itu barang paling penting nih" tanya Boni dengan sedikit khawatir dan sedikit mencairkan suasana
"tenang bon, kalopun gak kebawa, kita bakar aja pepohonan disana. urusan beres"
tim itu tertawa ringan, dan dengan itu tekanan yang ada pada mereka berkurang.

bayangan LZ samar-samar mulai terlihat, mata mereka yang sudah terlatih dalam gelap pun sudah bisa menggambarkan kondisi pantai serta gunung yang ada di belakangnya, semuanya dapat terlihat meski dalam kegelapan

yang tidak mereka lihat adalah adanya 2 orang berseragam militer memakai night vision yang juga melihat mereka dengan jelas

*******************

tim itu menginjakkan kakinya di pantai Distrik Tawau, kewaspadaan serta kesiagaan muncul mereka secara insting. Mereka mulai bekerja, mengumpulkan segala data intel yang dibutuhkan untuk pendaratan pantai oleh marinir besoknya. Angga sebagai radioman meneruskan ke base.


entah darimana didapatkannya, Tondi yang menenteng M40 merasakan sesuatu membuatnya tidak tenang ketika tim itu memasuki hutan, seakan-akan mereka sedang diawasi. namun, dia tahu laporan dengan bukti perasaan atau insting tidak bisa menjadi sebuah peringatan, secara teknis. namun Andra mengetahui insting Tondi yang memang sudah teruji dalam operasi sungguhan, dia memilih mempercayai insting Tondi itu meskipun dia sendiri tidak merasakan apa-apa. tapi dia pun sudah diajari bahwa dalam hutan seperti ini adalah tempat terbaik untuk penyergapan.

"Ton, ngerasa ada yang aneh ga?"
"sebenernya sih iya, aku ga tenang aja ndra"
"jangan remehin yang namanya insting, justru insting itu bisa jadi penyelamat hidup kita".

Angga dan Boni yang sudah menyelesaikan tuags mereka dan sudah melaporkan kondisi geografis langsung menyiagakan senjatanya yang berupa Hk 416 sambil berjalan ke arah Andra untuk melapor.

“pak, udah selesai semua.”

“oke, saatnya pulang, ga, lapor ke KRI Soekarno, bilang udah selesai semua, minta jemput.”

“siap pak”

Angga lalu segera menghubungi Kri Soekarno dengan Radio An/Prc 119 yang ia bawa daritadi di tasnya. Saat Angga sedang melapor, yang lain sedang mengobrol. Tiba-tiba Angga berujar

“Pak, ini Kolonel mau bicara”

“mana sini, Eagle One to command”

“Eagle one, ada berita terbaru dari Jakarta, misi lanjutan, kalian mendapat perintah untuk mengeksekusi salah satu petinggi TDLM yang kebetulan saat ini berada di salah satu instalasi militer tepat didekat kalian, kami akan mengirim data-datanya sekarang. Dimengerti?”

“Roger that”

“Kapten, Hati-hati.”

“saya mengerti pak, Eagle one out”

Andra langsung teringat akan kertas dari steven yang diberikan tempo hari, ia masih tidak tahu apa maksudnya.

“Bon, cek komputer, mereka ngirimin kita intel buat misi selanjutnya”

“siap pak, ini udah saya cek. Target kita namanya Laksamana Madya Ahsan, salah satu petinggi TDLM, tidak dijelaskan apa jabatannya. Ini fotonya pak”

“mana? Coba aku mau lihat”

Andra melihat foto target mereka, ia tahu siapa dia. Ia pernah melihatnya kemarin di televisi, memberikan statement tentang perang yang terjadi.

“Ton, kamu kan yang bawa M40, kamu yang eksekusi. Aku jadi spotter kamu”

“oke deh”

Mereka semua langsung berangkat untuk menyelesaikan misi mereka. misi mereka sederhana datang, bunuh, pergi. namun semua orang tahu bahwa menyelesaikan misi itu tidak semudah mengatakannya.

Mereka sampai di sebuah instalasi militer milik Tendara Laut Diraja Malaysia. semua tim merasa heran karena hanya sedikit tentara yang berjaga disana. Angga yang melihat kejanggalan itu langsung menoleh ke belakang dan mengcover mereka untuk berjaga-jaga, sempat terlintas dalam benaknya kalau elemen kejutan yang mereka andalkan sebenarnya memang sudah tidak ada, "apa mereka tau kita datang?" pikirnya sendiri. meski begitu para tentara yang berjaga di basis itu sepertinya belum menyadari keberadaan mereka.

Tondi yang sudah menyiagakan sniper M40-nya langsung mengarahkan larasnya ke arah jendela bangunan dan menunggu komandan musuh terlihat.

tanpa peringatan, cuaca mendung tadi tiba-tiba berubah menjadi hujan deras. meski begitu, Tondi masih menunggu target untuk terlihat dengan sabar, begitu juga rekan tim lainnya yang mengcover Tondi.

kesempatan yang ada tidak disia-siakan oleh Tondi, begitu orang yang mempunyai kriteria sesuai dengan yang sudah diberitahu. Andra sebagai spotter langsung memberita tahu jarak, arah angin, sudut elevasi dan lain-lainnya. Tondi yang sudah mengarahkan senjatanya langsung menekan pelatuknya dan membunuhnya seketika. Seketika, kabut merah langsung terlihat di scopenya, ya kabut merah itu adalah darah.

Mereka semua langsung pergi dari tempat itu, sejauh ini belum ada suara-suara yang mengejar mereka, mereka berlari ke arah pantai, disana mereka akan menggunakan perahu karet untuk pergi ke tengah laut dan dijemput dengan heli. namun langkah mereka terhenti ketika melihat sekitar 20-an tentara musuh mengarahkan senjatanya kepada mereka.

Tidak ada komentar: