Kamis, 13 Mei 2010

Task Force Garuda 101 Garuda. Chapter 14

BAB 14: Masuknya Pesawat Musuh.



Join Operation Command (JOC) Control Room
Jakarta
1500 Hours Local Time

“Mayor, sebuah obyek muncul di radar, kemungkinan pesawat tidak dikenal”
“kamu yakin?”
“benar pak, titik ini sudah muncul dari 10 menit yang lalu”
“Letnan, sambungkan dengan Kolonel”

Mayor Setyo menelpon Kolonel Subagyo atasannya. Setelah telpon ditutup, beberapa menit kemudian Kolonel Subagyo masuk. Ia langsung berbicara


“sudah kamu cek keberadaan obyek tersebut?”
“belum pak.”

Tiba-tiba titik tersebut menghilang. Titik yang tadinya terus berkedip di layar, tiba-tiba menghilang.

“aneh, coba kirim unit pengintai. Cek apakah benar disana ada sebuah pesawat asing”

“baik pak”

Sersan Satu Dona langsung menghubungi KRI Hatta yang langsung mengirimkan 2 buah F-18 untuk mengecek keberadaan pesawat. Juga Penerbal mengirimkan CN235 MPA untuk memastikan apakah pesawat asing itu menerjunkan sesuatu ke laut.



C-130
Indonesia Air Space

(dialog dibawah dalam bahasa malaysia)

“1 menit lagi sodara-sodara, kita akan terjun langsung ke air”
“siap pak!”
“ingat, jangan lupa. Begitu masuk ke air, langsung menyelam. Jangan keluar dulu karena bisa dipastikan Pesawat Musuh akan melakukan pengecekan”

20 orang anggota TDLM Paskal Unit Satu Pleton Bravo akan segera terjun di laut Indonesia. Mereka akan masuk ke Kalimantan Barat untuk menyabotase Pangkalan Udara Supadio, tempat skadron-skadron tempur Sukhoi, F-16 dan Hawk, serta Skadron 21 yang berisi Tu-95 dan Skadron 22 yang berisi

Tu-160. Bila mereka berhasil menyabotase Pangkalan Udara tersebut sampai pesawat-pesawat itu tidak bisa mengudara untuk sementara waktu. Maka Malaysia akan bebas masuk ke Kalimantan dan wilayah udara Indonesia. Bahkan Pesawat-pesawat dari Hasanuddin pun tak akan sempat menahan Malaysia.

“Green Light!”

Satu persatu prajurit Paskal terjun. Mereka langsung masuk ke air. Dengan cepat C-130 tersebut memutar arah setelah semua penumpang diterjunkan. Para prajurit paskal yang sejak awal sudah menggunakan alat untuk menyelam, langsung menyalam agar tidak terlihat. Benar saja, 10 menit kemudia sebua CN-235 lewat. Pesawat tersebut berputar-putar di area tersebut sampai sekitar 5 menit. Lalu 2 buah F-18 lewat dan langsung memutar. CN-235 itu juga langsung memutar pergi. Mereka sudah aman.

“Oke, Mari bergerak.” Teriak komandan mereka



JOC, Control Room
1800 Hours, Local Time

“Kolonel, berita buruk”

“ada apa Letnan?”

“Saya baru saja menghubungin kontak saya di CIA dan BIN, Informasi yang saya terima, Malaysia berencana melakukan sabotase pada Pangkalan Udara Supadio. Mereka kemungkinan akan menyusup lewat laut”

“Kamu yakin dengan informasi tersebut? Apakah bisa dipercaya?”

“saya yakin sekali, Senior Saya di Departemen Pertahanan juga memberikan Informasi yang sama”


Kolonel Subagyo berdiri, ia berwajah tegang, ia langsung memanggil Mayor Setyo dan langsung mengatakan

“kita kecolongan, pesawat tak dikenal tadi yang muncul di radar pasti punya Malaysia. Mereka pasti sudah menerjunkan pasukannya untuk melakukan Infiltrasi lewat air menuju Supadio”
“Kalau begitu kita harus mencegat mereka juga memberitahukan Supadio pak”

“Letnan hubungi KSAU, beritahu keadaan sekarang. Sersan, Hubungi Komandan Supadio, perintahkan ia untuk menyiapkan Paskhas untuk mempertahankan Pangkalan Udara. Kopral, Pankopsau I, beritahu keadaan sekarang serta hubungi Pangkohanudnas, beritahu bahwa sebuah pesawat Musuh baru saja memasuki wilayah udara Indonesia. Mayor, hubungi Kapten Andra. Aku ingin ia dan timnya malam ini juga sudah berada disini”

“Siap Pak!” semua menjawab bersamaan dan langsung menjalankan tugas masing-masing.


Ciputat City. Tangerang Selatan
1815 Hours, Local Time

Andra sedang memasak di dapur, ditemani oleh Anjingnya, Rory. Ia sudah lama merindukan rumah. Ia berencana menghabiskan malam ini dengan makan malam dan menonton dvd bersama Tunangannya, Lyla. Atau lebih tepatnya, Letnan Satu (Pnb) Lyla.


“Aku Pulang.”
“Hei, sudah pulang. Sebentar, aku lagi masak makan malam.”
“oh oke, aku mandi dulu deh”
“siip”

Dalam 15 menit, makanan sudah selesai. Lyla juga sudah selesai mandi. Mereka segera makan bersama.

“Gimana kerjaan hari ini?”
“yah biasa, aku dapet perintah patroli sampai perbatasan singapur, tapi toh gak ada apa-apa disana.”
“hahaha.. enak ya kerjaan kamu, bisa jalan-jalan jauh banget. Pagi di Jakarta, Siang tau-tau udah di singapur.”
“hihi.. makanya, jadi pilot dong”
“Kring Kring”

Handphone Andra berbunyi
“Halo, oh, siap pak. Baik pak. Saya segera kesana sekarang”

Setelah memutuskan sambungan, ia langsung menelpon Tondi

"Ton, kamu telpon yang lain. Kumpul di JOC sekarang. Perintah Subagyo”
“Siap, emang ada apa?”
“gak tau, suruh pada bawa gear. Yang ringan aja”
“oke”

Andra menutup telpon dan menoleh kepada Lyla yang tersenyum


“sayang, maaf ya. Kamu....”
“iya.. udah kamu berangkat sekarang. Kabarin aku ya kamu lama apa nggak. Kalo lama nanti aku sekalian bersihin rumah kamu”
“oke, makasih ya. Nanti aku kabarin”

Andra mengecup Lyla. Ia segera ke gudang di samping kamarnya. Membawa beberapa perlengkapan yang diperlukan. Memasukan ke dalam mobil. Lalu masuk lagi mengganti bajunya dengan seragam dan mengambil ID cardnya. Dan ia langsung naik mobil dan segera berangkat ke JOC yang berada di suata tempat di Jakarta.

Kamis, 22 April 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 13

BAB 13 : Penyalamatan Korps Marinir

Terlambat, Puluhan senapan AK di depan mereka sudah menyalak, mengeluarkan suaranya yang khas. Andra, Tondi dan Angga masih sempet menunduk, Boni tidak seberuntung mereka. 2 buah Peluru 7.62 menembus Bahu kanannya, ia langsung tersungkur.

“Ton, tarik dia kesini. Cek keadaanya!”

Tondi langsung memberikan pertolongan yang diperlukan. Angga dan Andra membalas tembakan ke musuh yang berada kira-kira 30 meter di depan mereka.

“kondisinya sudah stabil paling tidak untuk sekarang, tapi kalau tidak segera di bawa, nyawanya tidak akan tertolong”
“Ga, kamu kontek command, cepet!”

“Eagle one to command”
“come in eagle one”
“Requesting Casevac, we got 1 wounded”
“Standby
“Eagle one, be advice, Marine Unit coming your way ETA 20 minutes”
“roger that, eagle one out!”

KRI SOEKARNO
0500 Hours

Letnan Richard mengetuk ruang Kolonel Musro, komandan KRI Soekarno.

“masuk”

Letnan Richard langsung masuk dan memberi laporan

“pak, unit kecil marinir yang dipimpin kapten Andra mendapat kesulitan, kelihatannya mereka dihadang oleh musuh berkekuatan paling tidak 1 kompi.
“Apa? Lalu bagaiman keadaan mereka?”
“1 orang terluka, mereka tertahan di posisi mereka”
“lalu?”
“Kita sudah memantau posisi mereka dengan pesawat patrol. Kapten Joshep mengirimkan Pletonnya untuk menjemput”
“oke, kasih izin Joseph untuk berangkat sekarang! Aku mau Andra dan timnya dijemput saat ini juga.”

Tiba-tiba pintu sekali lagi di ketuk

“masuk”

Kali ini masuk 2 orang, Kopral satu Hari dan Kopral satu Abhi

“Pak, minta izin untuk bergabung bersama tim pejemput!”
“kalian kan baru kembali, lagi pula memangnya kalian kenal Andra?”
“err, kami pernah beroperasi bersama pak, dan saya berhutan budi pada beliau”

Kolonel Musro mengernyitkan dahi. Ia memang tidak tahu akan keberadaan Task Force Garuda, dan memang lebih baik begitu.

“baiklah, kalian lapor sama Kapten Joshep”
“Siap! Terima kasih pak”

Abhi dan Hari meninggalkan ruangan, ia langsung menyusul ke atas, Kapten Joseph sedang menerangkan rencana penjemputan mereka.

“Lapor Kapten! Kopral Satu Hari dan Kopral Satu Abhi meminta izin untuk bergabung dalam misi penjemputan.”
“Kolonel mengizinkan kalian?”
“Kolonel mengizinkan kami pak!”
“kalau begitu silahkan bergabung, oke semuanya, kita akan jemput mereka dengan 1 CH-47, kita akan mendarat di salah satu lapangan kosong yang berada 200 meter dari garis pantai. Pastikan kalian menjaga perimeter dan waspada akan RPG. Ada pertanyaan?”

Semua diam mengerti

“baik, ayo berangkat sekarang”

35 marinir dan 2 Kopaska memasuki heli bernomor C-001, mereka bergegas untuk menyelamatkan 4 marinir yang nyawanya terancam.

TAWAU BEACH
0515 Hours

Intensitas tembakan sedikit menurut, tapi itu bukan pertanda baik, Andra menduga sebagian dari musuh mencoba memutar lewat kanan mereka.

“kita harus pindah dari sini”
“kemana pak?”

Tiba-tiba radio berbunyi
“Hitman to eagle one”
“Hitman, this is Eagle one. Where are you?”
“2 click from the beach, Captain, I need you to move to the open land, 200 meters from the beach. How copy?”
“solid copy, Eagle One Out. Semuanya, ayo! Kita pindah ke lapangan yang disana!”

Mereka semua bergerak. Tondi menggendong Boni. Puluhan tentara musuh langsung menembaki mereka walau meleset. Mereka langsung mengejar Andra dan yang lainnya.
Sayangnya mereka tak menyadari bahwa sebelumnya, beberapa Ranjau dan C4 sudah disebar. Andra sambil tersenyum menekan remote untuk meledakan bom

“DUAAR!”
“sukses pak!”
“tentu saja.”

Akhirnya mereka sampai di lapangan yang dimaksud. Tak lama kemudia sebuah heli besar datang dan mengitari tempat itu. Panggilan Radio masuk

“Eagle one, I need you to pop a flare so we can see your position”
“Roger that. Ga, nyalakan flare”
“We got you, captain”

Heli langsung mendarat, diiringi tembakan AK yang memantul di badan helicopter. Marinir pimpinan Kapten Joseph langsung keluar menjaga perimeter. Senapan Mesin M240 menembak ke arah musuh.

“Kapten, bagaimana keaadan anda?”
“aku baik saja, tapi anak buahku tidak.”
“sersan, tolong mereka!”

4 orang marinir langsung menaikan boni keatas tendu, seorang Letnan medis langsung mengecek keadaannya. Andra melihat 2 sosok yang dikenalnya

“Loh? Hari? Abhi? Kok kalian bisa disini”
“Tadi kami dengar kalo Kapten dalam kesulitan, makanya kami…”
“Maaf saya memotong, tapi bisa kan ngobrolnya ditunda dulu, kita harus segera pergi.”
“oh ya, baiklah”

Akhirnya semua memasuki Heli. Heli Chinook itu segera mengudara dan menghilang dari pandangan.

Kamis, 15 April 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 12

Contributor & Writer : Abhirama T.

Editor : Jalu A.


Bab kali ini dikarang oleh penulis yang berbeda dari bab sebelumnya. Kontributor tersebut secara khusus menulis untuk Chapter 12.



BAB 12 : Kabut Merah

1200 Hours

Ambalat, Celebes Sea

tak ada yang dapat dilihat di luar heli huey yang mereka naiki selain kegelapan malam, cuaca yang mendung pun menghalangi cahaya bulan sehingga pandangan keluar nyaris hitam pekat. tapi para unit yontaifib yang dikomandoi Andra justru memandang kegelapan itu sebagai keuntungan. meski suara heli tidak bisa dibilang tenang, tapi semua orang di dalamnya tidak ada yang berkata apa-apa, sebagian sedang menenangkan diri dan sebagian yang lain sedang berdoa.

sesuai rencana, mereka diturunkan di KRI Soekarno, aircraft carrier kebanggaan Indonesia dan simbol baru dari TNI AL. Disamping kanan-kiri,belakang-depan, mengikuti beberapa kapal Korvet, Fregat, Destroyer, PKR, LPD dan Kapal Selam. ada kebanggaan tersendiri bagi Andra ketika menginjakkan kakinya di kapal itu, dia menganggap kapal itu adalah penjaga perairan Indonesia yang luas ini.

para tim yang diberi code name Eagle One itu tanpa membuang-buang waktu mengecek ulang senjata-senjata mereka yang sudah disiapkan semenjak mereka berangkat.
"Ada masalah?" tanya Andra kepada timnya untuk memastikan
"tidak ada pak, semua bersih".
"bagus. heli yang akan mengangkut kita sudah siap, kita juga sesuai jadwal, kita pergi saja sekarang!"

“Naik apa kita?

“CH-47, Brand New. Penerbal baru beli 20 unit.”


heli chinook baru itu yang memiliki tail number C-003 sudah menuju DZ dalam 5 menit. dan beberapa saat kemudian, perahu karet yang akan dipakai untuk mendarat pun sudah dinaiki tim EO dan sudah menuju DZ.
"ga, flare udah dibawa kan? itu barang paling penting nih" tanya Boni dengan sedikit khawatir dan sedikit mencairkan suasana
"tenang bon, kalopun gak kebawa, kita bakar aja pepohonan disana. urusan beres"
tim itu tertawa ringan, dan dengan itu tekanan yang ada pada mereka berkurang.

bayangan LZ samar-samar mulai terlihat, mata mereka yang sudah terlatih dalam gelap pun sudah bisa menggambarkan kondisi pantai serta gunung yang ada di belakangnya, semuanya dapat terlihat meski dalam kegelapan

yang tidak mereka lihat adalah adanya 2 orang berseragam militer memakai night vision yang juga melihat mereka dengan jelas

*******************

tim itu menginjakkan kakinya di pantai Distrik Tawau, kewaspadaan serta kesiagaan muncul mereka secara insting. Mereka mulai bekerja, mengumpulkan segala data intel yang dibutuhkan untuk pendaratan pantai oleh marinir besoknya. Angga sebagai radioman meneruskan ke base.


entah darimana didapatkannya, Tondi yang menenteng M40 merasakan sesuatu membuatnya tidak tenang ketika tim itu memasuki hutan, seakan-akan mereka sedang diawasi. namun, dia tahu laporan dengan bukti perasaan atau insting tidak bisa menjadi sebuah peringatan, secara teknis. namun Andra mengetahui insting Tondi yang memang sudah teruji dalam operasi sungguhan, dia memilih mempercayai insting Tondi itu meskipun dia sendiri tidak merasakan apa-apa. tapi dia pun sudah diajari bahwa dalam hutan seperti ini adalah tempat terbaik untuk penyergapan.

"Ton, ngerasa ada yang aneh ga?"
"sebenernya sih iya, aku ga tenang aja ndra"
"jangan remehin yang namanya insting, justru insting itu bisa jadi penyelamat hidup kita".

Angga dan Boni yang sudah menyelesaikan tuags mereka dan sudah melaporkan kondisi geografis langsung menyiagakan senjatanya yang berupa Hk 416 sambil berjalan ke arah Andra untuk melapor.

“pak, udah selesai semua.”

“oke, saatnya pulang, ga, lapor ke KRI Soekarno, bilang udah selesai semua, minta jemput.”

“siap pak”

Angga lalu segera menghubungi Kri Soekarno dengan Radio An/Prc 119 yang ia bawa daritadi di tasnya. Saat Angga sedang melapor, yang lain sedang mengobrol. Tiba-tiba Angga berujar

“Pak, ini Kolonel mau bicara”

“mana sini, Eagle One to command”

“Eagle one, ada berita terbaru dari Jakarta, misi lanjutan, kalian mendapat perintah untuk mengeksekusi salah satu petinggi TDLM yang kebetulan saat ini berada di salah satu instalasi militer tepat didekat kalian, kami akan mengirim data-datanya sekarang. Dimengerti?”

“Roger that”

“Kapten, Hati-hati.”

“saya mengerti pak, Eagle one out”

Andra langsung teringat akan kertas dari steven yang diberikan tempo hari, ia masih tidak tahu apa maksudnya.

“Bon, cek komputer, mereka ngirimin kita intel buat misi selanjutnya”

“siap pak, ini udah saya cek. Target kita namanya Laksamana Madya Ahsan, salah satu petinggi TDLM, tidak dijelaskan apa jabatannya. Ini fotonya pak”

“mana? Coba aku mau lihat”

Andra melihat foto target mereka, ia tahu siapa dia. Ia pernah melihatnya kemarin di televisi, memberikan statement tentang perang yang terjadi.

“Ton, kamu kan yang bawa M40, kamu yang eksekusi. Aku jadi spotter kamu”

“oke deh”

Mereka semua langsung berangkat untuk menyelesaikan misi mereka. misi mereka sederhana datang, bunuh, pergi. namun semua orang tahu bahwa menyelesaikan misi itu tidak semudah mengatakannya.

Mereka sampai di sebuah instalasi militer milik Tendara Laut Diraja Malaysia. semua tim merasa heran karena hanya sedikit tentara yang berjaga disana. Angga yang melihat kejanggalan itu langsung menoleh ke belakang dan mengcover mereka untuk berjaga-jaga, sempat terlintas dalam benaknya kalau elemen kejutan yang mereka andalkan sebenarnya memang sudah tidak ada, "apa mereka tau kita datang?" pikirnya sendiri. meski begitu para tentara yang berjaga di basis itu sepertinya belum menyadari keberadaan mereka.

Tondi yang sudah menyiagakan sniper M40-nya langsung mengarahkan larasnya ke arah jendela bangunan dan menunggu komandan musuh terlihat.

tanpa peringatan, cuaca mendung tadi tiba-tiba berubah menjadi hujan deras. meski begitu, Tondi masih menunggu target untuk terlihat dengan sabar, begitu juga rekan tim lainnya yang mengcover Tondi.

kesempatan yang ada tidak disia-siakan oleh Tondi, begitu orang yang mempunyai kriteria sesuai dengan yang sudah diberitahu. Andra sebagai spotter langsung memberita tahu jarak, arah angin, sudut elevasi dan lain-lainnya. Tondi yang sudah mengarahkan senjatanya langsung menekan pelatuknya dan membunuhnya seketika. Seketika, kabut merah langsung terlihat di scopenya, ya kabut merah itu adalah darah.

Mereka semua langsung pergi dari tempat itu, sejauh ini belum ada suara-suara yang mengejar mereka, mereka berlari ke arah pantai, disana mereka akan menggunakan perahu karet untuk pergi ke tengah laut dan dijemput dengan heli. namun langkah mereka terhenti ketika melihat sekitar 20-an tentara musuh mengarahkan senjatanya kepada mereka.

Senin, 05 April 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 11

BAB 11 : Persiapan Pendaratan Pantai

Andra terbangun. Ia tertidur pulas sekali di pesawat. Ia hampir tidak bermimpi apa-apa, kecuali kertas bertulisan “hati-hati” yang diberikan steven padanya. Ia melihat ke sekelilingnya. Anak buahnya tertidur semua. Ia lalu segera beranjak ke kokpit untuk menanyakan posisi mereka.

Ia memasuki ruang kokpit

“Permisi Mayor, minta izin untuk bertanya.”
“ada kapten?”
“dimana kita berada pak?”
“kita sudah masuk wilayah udara Indonesia kok, 15 menit lagi kita mendarat di Halim”
“siap pak, terima kasih”

Andra langsung kembali ke belakang. Ia membangunkan anak buahnya satu-persatu. Saat semua sudah bangun, tepat sekali pada saat pesawat akan melakukan pendaratan.

“Fiuh, akhirnya pulang juga. Aku mau mandi dan tidur selama-lamanya”
“jangan harap Don, aku yakin kita pasti dapet misi lagi.”
“Ayo semua turun, pak subagyo sudah menunggu”

Mereka turun, udara malam sangat dingin. Kolonel Subagyo tidak berkata apa-apa, ia memberi isyarat agar semua masuk kedalam ruang rapat dahulu di dalam gedung. Semuanya saling menatap satu sama lain, mereka tahu bahwa mereka tak akan mendapat libur. Pasti misi baru lagi, pikir Andra.

Begitu semua sudah masuk, Kolonel Subagyo langsung berbicara

“seperti yang kalian ketahui, kita sedang dalam kondisi berperang, dan kita membutuhkan semua kekuatan yang kita punya.”

Ia langsung menceritakan detail operasi yang sudah dilakukan oleh TNI. Sampai jumlah rekan-rekan mereka yang gugur.

“Kita sudah masuk Tahap kedua, yang termasuk didalamnya adalah Pendaratan Pantai Oleh Marinir di Tawau dan Lahad Datu. Oleh karena itu, misi kali ini, hanya untuk Andra dan Tondi. Kalian akan kembali ke unit lama kalian di Yontaifib sementara untuk misi kali ini. Koptu Hari dan Kopda Abhi juga akan kembali sementara ke Unit lama kalian di Kopaska. Besok sore kalian segera lapor ke Armabar. Yang lainnya dipersilahkan untuk beristirahat sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Sekian”

*************************

Esok sore, Andra menyetir mobilnya ke Bhumi Marinr Cilandak. Ia akan di briefing disana. Ia sudah lama tidak bertemu kawan-kawan dari unit lamanya. Selain Tondi, ada 2 orang lagi, salah satunya menjadi menjadi memimpin 1 tim di Denjaka.

Sampai disana, ia melihat jam, masih terlalu cepat 1 jam. Ia masuk kedalam, lalu melihat Tondi sedang berbicara dengan seseorang

“ah, pak! Ini pak, masih inget Kopda Angga? Sekarang udah Sertu”
“inget lah, udah lama sekali ya semenjak misi terakhir kita dulu di Aceh.”
“hahaha, iya pak.”
“oh iya, satu lagi mana? Si Boni.”
“belum sampai pak kayaknya. Tadi saya gak liat motornya.”

Kolonel Subagyo Datang dengan pakian resmi Angkatan Laut. Kelihatannya ia sehabis mendatangi acara resmi. Dibelakangnya diikuti Sersan Dua Boni.

“ayo semua masuk aja kedalam. Kita langsung aja biar cepet”


Semua langsung masuk kedalam ruangan. Kolonel Subagyo langsung berbicara

“oke, langsung aja ya. Besok malam kalian akan dikirim ke salah satu pantai di Tawau untuk mengumpulkan data intelejen dan mempersiapkan pantai untuk pendaratan marinir lusanya. Kalian disana 2 hari sampai pendaratan terlaksana. Jam 12 malam besok, kalian naik helikopter menuju kesana. Nanti begitu sudah cukup dekat dengan pantai, kalian kesana naik perahu. Kemungkinan jumlah musuh yang kalian temui sangat banyak, jadi, sebisa mungkin hindari kontak senjata. Ada pertanyaan?”

Semua diam

“oke, selamat bertugas. Sampai jumpa lagi besok malam”


Esok malamnya, Tim marinir intai amfibi pimpinan Andra sudah berkumpul di Halim. Mereka akan menuju pangkalan udara Supadio dulu dengan menaiki pesawat CN-235. Dari sana nanti mereka akan naik helikopter CH-47 milik Penerbal untuk diturunkan ditengah laut.

Andra membereskan peralatannya dan langsung masuk ke pesawat. Yang lainnya juga segera masuk ke dalam pesawat.
Semua hanya berharap bahwa mereka bisa pulang dengan selamat kali ini

Jumat, 02 April 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 10

BAB 10 : Pertempuran Udara

“Bear One, this Coyote Six. We’re almost there”
“copy that”
“maintain speed and altitude.”

Mereka berhasil menghindar dari radar malaysia, atau mereka kira begitu.

“Dam, kita udah deket, bilangin yang lain buat siap-siap”
“oke pak”

Mayor Jono mengecek semua panel di kokpit, memastikan tidak ada kesalahan

“Sial! Meteran bahan bakar mati lagi! Dasar pesawat Tua”
“wah gawat dong kalo kita kehabisan bensin”
“nanti kalau udah balik, ingetin para teknisi buat benerin”
“oke pak”

Radio berbunyi

“Bear one, your target is 5 miles ahead. Keep it straight”

Tiba-tiba 5 pesawat F-18 hornet muncul

“loh kok angkatan laut kesini? Kan mereka belum kita butuhkan”
“itu….itu bukan pesawat tempur AL! itu pesawat tempur Malaysia”

“Coyote Six this is Viper 1. We got 5 boogies, posibbly malaysian airforce”
“Copy that, open fire”

Terbukti para pilot tempur TNI AU sangat lihai. Mereka berhasil menghindari tembakan-tembakan pesawat malaysia, lalu langsung menembak jatuh 3 pesawat malaysia.

Tiba-tiba dari kejauhan, muncul 15 pesawat Mig-29. Salah satu pesawat tersebut langsung menembakan misil ke salah satu pesawat Tu-95 yang dipimpin Kapten Davis

“Argh, brengsek, ayo kita harus menukik ke kanan” teriak kapten Davis kepada anak buahnya. Tapi sayang mereka telat. Sayap mereka tertembak

“This is Bear 3, we must do emergency landing.”
“roger that Bear 3, Good Luck”

Satu persatu pesawat sukhoi TNI berjatuhan. Sampai tinggal tersisi 4 sukhoi dan 11 Tu-95.

Tiba-tiba pesawat mayor jono dicegat dari depan oleh salah satu pesawat Mig-29, pesawat itu siap menembak

“ARGH!!!!!!!” Mayor Jono dan Lettu Adam berteriak bersama

“DUARRRR!!!”

Pesawat mig-29 meledak

“loch? Kok meledak?”

Mayor Jono Kaget. Tiba-tiba dari sampingnya muncul 20 pesawat F-18 Hornet milik Pernebal.

“This Is Captain Rusadi From Indonesian Naval Aviation. Bear One, Are you allright?”
“We’re good Captain”
“Roger that, keep straight to north and you’ll find your target”
“Copy That”
“Coyote six, let’s kick their Ass!”
“Roger That!”

20 pesawat F-18 dan 4 pesawat Su-30 langsung melesat mengecar belasan pesawat Mig-29 yang berusaha kabur.

“Fox 3 launch”
Kapten rusadi meluncurkan misil AIM-120 AMRAAM. Misil tersebut langsung mengejar salah satu pesawat Mig-29. Misil itu terus mengejar sampai akhirnya mengenai badan pesawat setelah sebelumnya pilotnya melontarkan diri.
Dalam pertempuran udara yang menegangkan, Mayor Jono memimpin skadron pengebomnya bergerak menuju target. saat target berada di depan mata, dan mayor Jono siap memberikan perintah pengeboman, tiba-tiba 2 buat Mig-29 mengejar mereka, 2 buah pesawat Tu-95 sudah dikunci rudal R-27.

“Coyote Six moving to intercept, Viper one, with me”
“Roger that”

2 buah pesawat sukhoi mengejar, setelah mengunci pesawat musuh, mereka meluncurkan rudal R-77 tepat sebelum pesawat musuh meluncurkan misil.

Rudal R-77 itu langsung mengejar pesawat Mig-29 yang langsung mencoba kabur, tapi apa daya, misil itu akhirnya menghantam badan pesawat tanpa pilot sempat melontarkan kursinya

3 buah pesawat Mig-29 yang tersis langsung kabur menuju utara. Melihat itu, Mayor Jono langsung memberin perintah

“This is Bear one, all unit, you’re clear to launch”

11 pesawat Tu-95 yang tersisi langsung menjatuhkan bom-bom yang terarah pada gedung-gedung penting milik militer Malaysia. Setelah 15 menit pengeboman, Mayor Jono memerintah untuk pulang. Tapi kali ini ia berbahasa indonesia

“disini mayor Jono, ayo kita pulang. Tapi sebelumnya mari berdoa untuk rekan kita yang gugur dalam misi kali ini”

Dan akhirnya mereka kembali ke Pangkalan Udara Supadio.

Afghanistan
Kunar Province
1900 Hours, Local Time


“terima kasih atas bantuannya, semoga kita bertemu kembali”
“semoga saja kapten, anda tahu pekerjaan saya kan”
“tentu, saja.”

Andra dan Steven berjabat tangan.

“pak, tawanan sudah diamankan di dalam. Kita siap berangkat”
“oke, kalian masuk duluan, aku nyusul”

Andra kembali menoleh ke Steven. Ternyata Steven sudah tidak ada disitu. Ia langsung menggeleng-gelengkan kepala. Ia langsung masuk ke pesawat C-130 yang akan membawa mereka pulang ke Jakarta, Indonesia.

Ia baru teringat akan secarik kertas yang diberikan steven sebelumnya. Ia lalu membuka kertas tersebut. Kertas kecil itu berisi tulisan yang singkat dan kecil, namun tegas.


"HATI-HATI"

Kamis, 01 April 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 9

BAB 9 : Afghanistan, BIN dan CIA

“APA? Kita berperang dengan malaysia?”
“iya, Abu saif itu hanya kedok malaysia untuk melancarkan serangan-serangan kepada Indonesia, mereka meminta bantuan al-qaeda untuk melancarkan operasi mereka”

Andra kesal, ia merasa harusnya berada di Indonesia, apalagi saat mereka berperang seperti ini. Ia tidak sabar untuk menginterogasi tawanan abu saif yang ia tangkap sebelumnya.

“ARRGH!!” Tondi berteriak.
“ada apa??”
“Sniper dibawah… WATCH OUT, RPG ON NINE!!”
“HOLD ON!!”

Pilot heli langsung melakukan manuver memutar yang membuat penumpang tergoyang, bahkan yudha hampir saja jatuh. Untung ia sempat berpegangan. Gunner di samping langsung menembakan M134 Minigun kearah milisi dibawah. Habis mereka rata oleh peluru minigun.

Andra langsung menoleh melihat keadaan Tondi. Ia segera terlegakan bahwa ternyata peluru hanya menyerempet lengan kanannya.

“Ton, kamu gak papa?”
“gak pak, tenang aja. Cuman keserempet dikit kok”

Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di salah satu base milik amerika serikat. Begitu sampai disana, Andra langsung menanyakan akan kepulangan mereka ke Steven

“kapan kami akan dipulangkan?”
“malam nanti kalian akan langsung berangkat naik C-130. Oke?”
“baiklah. Kuharap mereka tidak terlambat”
“kusarankan kalian beristirahat sekarang, makan,tidur,mandi kalau perlu. Nah, aku harus pergi sekarang. Tawanan ini akan kuamankan sementara, nanti kalian yang akan bawa pulang. Selamat tinggal”

Andra langsung mengajak timnya untuk masuk setelah menyakan dimana mereka tinggal untuk sementara. Andra berpikir bagaimana keadaan Indonesia saat ini. Sambil berpikir, akhirnya ia sampai di tenda yang disediakan untuk timnya.

“ayo semuanya beres-beres. Biar nanti langsung berangkat. Habis itu kita langsung makan”
“ya pak.”

Perbatasan Indonesia – Malaysia
2200 Hours Local Time
1500 Hours Zulu Time


Tembakan artileri malaysia berhenti, suasana sunyi sejenak. Menimbulkan perasaan tidak enak. Letkol Baharudin langsung berbicara

“Don, kavalari udah siap?”
“siap pak, tank-tanknya udh siap semua. FV 101 Scorpion sudah siap, AMX-30 dan T-90 sudah berada di garis depan.”
“oke, kasih izin mereka buat nembak apapun yang ada didepan mereka”
“siap pak”

Serka Dono mencoba menghubungi Komandan satuan Kavaleri yang berada di garis depan. Ia mencoba menghubungi Mayor Romi

“Kresna 1, Bagaimana keadaan di garis depan?”
“Disini Kresna 1, disini sunyi, tetapi sayup-sayup terdenger pergerakan tank musuh”
“Kresna 1, kalian diizinkan menembak apapun yang muncul di depan kalian”
“siap, Kresna 1 selesai”

Mayor Romi langsung menyebarkan perintah ke anak buahnya untuk menembak apapun yang muncul di depan mereka.

Makin lama bunyi yang ia dengar makin keras. Dan benar saja, didepannya Tank PT-91 meluncur, dibelaknya diikuti tank ringan FV 101 Scorpion. Salah satu tank PT-91 langsung menembak, mengenaik Tank AMX-30 yang langsung meledak.

“Brengsek!!!! Ayo! Kita habisi mereka semua!”

Langsung saja tank-tank TNI melaju, menembaki tank malaysia, ledakan terjadi dimana-mana. Beberapa tank PT-91 malaysia sudah meledak dan seluruh tank scorpion malaysia sudah hancur semua.

Dari kejauhan,terlihat tentara infantri AD malaysia berlari. Sangat banyak, dan beberapa menggotong senjata anti tank.

“mundur semua ayo mundur!”
“baik pak”

Tank-tank milik TNI langsung mundur dan mencari tempat yang lebih aman.

Dari kejauhan, 3 pesawat C-130 dan 1 pesawat Antonov An-22 terbang mendekati perbatasan, begitu 4 pesawat itu sampai dekat perbatasan, mereka langsung menerjunkan pasakan Divisi 1 Kostrad. Ya, PPRC sudah datang.

Lalu setelah itu, beberapa helikopter Mi-17 juga datang membawa pasukan raider.
Didalam, Kapten Roger memberitahu yang lain

“One Minute”

Lalu helikopter-helikopter tersebut mendarat di salah satu LZ. 1 kompi pasukan raider langsung bergerak menuju titik konsentrasi pasukan Malaysia berada.

“ayo semua bergerak, kita cegat mereka dari sebelah barat”

Kapten roger dan kompinya bergerak langsung dari barat menuju daerah pertempuran.
Sambil berjalan, tiba-tiba tak sengaja ia menginjak tubuh salah satu tentara malaysia, ia tahu ia sudah berada pada tempat yang benar.

Seteleh mendekat, ia melihat baku tembak dengen intensitas tinggi antara TNI dan Tentara Malaysia.
Kapten roger dan anak buahnya yang sedang mengawasi tiba-tiba diberondong dengan peluru dari senapan mesin

“Open Fire!”

Sontak langsung saja seluruh pasukan raider menembaki rombongan APC yang lewat dan sedang menembaki mereka.

Dalam baku tembak itu, tanpa sadar, diatas mereka 15 pesawat Tu-95 dan 10 Su-30 melintas dengan cepat. Siap membumi hanguskan wilayah malaysia

Senin, 29 Maret 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 8

BAB 8 : Konfrontasi di Tanah Borneo

Jakarta, Indonesia
20 jam yang lalu

Kolonel Subgayo sedang melangkah menuju kantor presiden. Ya, ia sedang berada di istana Negara untuk melaporkan hal yang sangat penting Panglima TNI, serta Kepala Divisi Intelejen Mabes TNI.

Begitu sampai di depan ruangan, ia langsung di izinkan masuk oleh paspampres.

Di dalam, Presiden duduk dengan wajah tenang. Disampingnya, berdiri Menteri Pertahanan.

“langsung saja jelaskan duduk permasalahan”
“baik pak, merujuk pada operasi yang dilakukan satuan khusus TNI di wilayah Malaysia tempo hari yang lalu, Malaysia yang merasa tidak diterima langsung melakukan penyerangan balik. Mereka menghujani pos-pos berbatasan dengan artileri mereka. Intel Mabes TNI serta BIN juga melaporkan bahwa dalam waktu dekat ini mereka akan mendeklarasikan perang, tetapi mereka menunggu kita menyerang balik. Kemungkinan Australia akan turut membantu.”

Presiden terdiam, ia mengerti keadaan yang sedang terjadi.


“Bagaimana kesiapan TNI?”
“Kodam Tanjungpura sudah menyiapkan Satuan pemukul Yonif Raider 600. PPRC kostrad juga sudah disiagakan. Kapal selam sudah di sebar di lautan sekitar. Serta Pesawat Tempur F-18 yang berada di KRI Soekarno sudah terbang berpatroli di sana. Artileri Medan sudah di gelar di sepanjang perbatasan. TNI-AU sudah menyiapkan pengebom strategis TU-95 siap berangkat kapan pun anda memberi perintah pak”
Panglima TNI berujar Mantap.”

“baiklah, kalau mereka mau perang, kita buktikan kita bisa. Bagaimana rencana kalian”

Panglima TNI langsung membuka berkas didepannya lalu menjelaskannya kepada presiden.

“Kita akan mengaktifkan Operasi Satu Borneo. Tahap pertama, Kita akan mulai dengan menggempur Malaysia yang akan dilaksanakan oleh Batalyon Artileri Medan 16/105 Tarik, lalu begitu malaysia memutuskan menyerang, bisa pastikan mereka pasti akan melakukan pengeboman lebih dahulu. Kita akan kosongkan dulu daerah-daerah yang akan mereka bom. Begitu mereka memasukan infantri dan kavaleri darat mereka. Raider 600 yang diberbantukan satuan lainnya akan menahan mereka sementara sampai PPRC diterjunkan. Setalah itu kita masuk tahap kedua, TU-95 dari Skadron 21 akan berangkat dari Supadio. Mereka akan dikawal Su-30 dari Hasanudin yang sekarang sudah dipindahkan dan standby di Supadio serta F-18 dari KRI Soekarno dan KRI Hatta. Kalau ada Pesawat Malaysia yang masuk, S-300 siap menghadang bersama S-60. Beberapa korvet, Friget dan destroyer berpatroli disekitar selat malaka, kalau-kalau Malaysia bermaksud membuka front di sumatra. Skadron 12 di airbase pekanbaru sudah mensiagakan pesawat tempur Hawk”

“Oke, saya setuju rencana ini. Laksanakan Operasi Satu Borneo.”
“Siap Pak!”

Kolonel Subagyo dan yang lainnya segera berangkat ke Mabes TNI, mereka akan mengatur segala operasi dari sana.

Sesampai di Mabes, Panglima TNI tak menunggu lama lagi, ia langsung memerintahkan artileri untuk menyerang, lalu setelah itu segera mengosongkan area agar mereka tak jadi sasaran pengeboman malaysia. Kolonel Subagyo pun langsung berangkat ke Bandara Halim perdana kusuma.

Supadio Airbase
2100 Hours


“Cepat! Cepat! Semuanya segera masuk pesawat! Cepat! Dam, ayo cepat, kita harus segera berangkat sekarang!”
Letnan Satu Adam pun langsung berlari begitu diteriaki oleh Mayor Jono”

“iya pak, maaf. Tadi saya kebelet”
“halah kamu ini, bikin malu aja, liat tuh para pilot sukhoi aja udah siap dari tadi”
“iya pak maaf, hehehe..”
“sudah cepat ayo”

Lettu Adam langsung duduk disebelah Mayor Jono di dalam kokpit Tu-95 Bear.

Radio menyala, menara kontrol mengizinkan Skuadron 21 “Beruang Madu” untuk mengudara

“all system check, we’re ready to go”

Satu persatu pesawat Tu-95 mengudara. Skadron 21 terdiri dari 3 flight yang berisi masing-masing 5 pesawat. Berarti ada 15 pesawat Tu-95 yang mengudara malam itu.
Setelah deretan Tu-95 habis, Su-30 langsung menyusul. Skadron Udara 11 menurunkan 2 flight yang berisi 10 pesawat Sukhoi untuk mengawal Tu-95. Bila terjadi sesuatu, masih ada bantuan F-18 Hornet milik TNI-AL.

“Bear one, this is Coyote six. Keep straight to the norteast, we’re in the right way”
“Copy that, Dam, lurus aja. Cek ketinggian juga.”
“Bear one, if something happen to us and all of the flanker gone, F-18 Hornet from Navy will replace our position, they will escort you out of malaysian airspace.”
“Roger that, Bear one out”

Mayor Jono tegang.komandan flight sukhoi yang posisinya tepat di sebelah kirinya terlihat tegang dari suaranya. Ia merasa misi kali ini berbahaya. Ia bahkan tidak yakin bisa selamat. Belum lagi dengan kondisi pesawat yang sudah lama sekali tidak dipakai dalam operasi yang sesungguhnya, juga dengan sistem yang sedikit ketinggalan jaman. Ia hanya berharap tidak akan terjadi apa-apa dan ia dapat pulang ke keluarganya.


Perbatasan Indonesia-Malaysia
2130 Hours


“Ayo semua, kosongkan tempat ini. Sudah cukup gempurannya, kita harus pergi kalau tidak nanti mereka keburu membalas gempurannya. Ayo cepat!”

Terlihat Letnan Kolonel Baharudin berteriak-teriak.

Setelah semuanya kosong, ia langsung naik salah satu mobil dan menuju pusat kontrol yang jaraknya 10 km dari perbatasan.

“Hei sersan, ada kabar terbaru?”
“Jakarta sudah mengkonfirmasi pak, Malaysia mendeklarasikan perang terbuka. Mereka akan menembakan artileri mereka kira-kira…… sekarang.”

Benar saja, dari jauh terdenger suara ledakan-ledakan. Artileri malaysia terarah ketempat yang tadinya penuh dengan TNI, tanpa mereka ketahui bahwa tempat itu telah dikosongkan.

“sekarang kita tinggal berdoa PPRC dan Raider tepat waktu, kalau tidak, kita yang habis”


Markas Batalyon Infantri Raider/600
2135 Hours


“Pleton A bersama Letnan Jos, Pleton B bersama Letnan Gibran, Pleton C sama Letnan Joshua”
Kapten Roger seorang veteran yang berumur 39 tahun, memerintahkan anak buahnya untuk segera berbaris sambil menunggu heli penerbad menjemput. Kapten Roger merasa senang sekali mendapat perintah operasi, karena ia merasa, prajuritnya sudah merasa bosan karena tidak ada perintah operasi setahun belakangan ini.

Tak lama kemudian, Belasan Heli Mi-17 muncul.

“Semuanya ayo masuk, kita harus cepat. Kalau tidak teman-teman kita bisa dibantai du luan oleh cecunguk-cecunguk malaysia itu.”
“SIAP PAK!”

Maka prajurit Raider pun segera berangkat menuju daerah konflik di perbatasan.


Jakarta, Halim Perdana Kusuma Airbase
1900 Hours


Kolonel Subagyo sedang berbincang dengan salah satu temannya, Kolonel Frans

“kamu yang mimpin pasukan?”
“iya, kebetulan kan Divisi 1 yang lagi giliran jadi PPRC, makanya aku disuruh atasan buat mimpin pasukan”
“yaudah, yang penting kamu dan anak buahmu harus selamet ya. Jangan sampe ada apa-apa.”
“iya, pasti. Udah ya, aku harus berangkat sekarang. Tuh anak-anak udah pada masuk pesawat semua”


Kolonel Frans langsung masuk ke salah satu pesawat C-130.

“Pilot, semua sudah lengkap, ayo kita berangkat”

Tiba-tiba salah satu sersan bertanya,
“pak, berapa banyak yang harus kita lawan?”
“aku gak tau, sudah, pokoknya pastikan kamu tembak semua musuh didepan kamu.”
“iya pak, tapi saya tegang”
“gimana sih kamu, katanya dari kemaren gak sabar pengen terjun di operasi sebenernya.”
“iya pak, tapi saya belon pernah nembak orang”
“udah-udah, nanti juga terbiasa kok”

Frans menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan anak buahnya.
Dan pesawat pun sudah berada di udara menuju Kalimantan Timur