Senin, 29 Maret 2010

Task Force 101 Garuda. Chapter 8

BAB 8 : Konfrontasi di Tanah Borneo

Jakarta, Indonesia
20 jam yang lalu

Kolonel Subgayo sedang melangkah menuju kantor presiden. Ya, ia sedang berada di istana Negara untuk melaporkan hal yang sangat penting Panglima TNI, serta Kepala Divisi Intelejen Mabes TNI.

Begitu sampai di depan ruangan, ia langsung di izinkan masuk oleh paspampres.

Di dalam, Presiden duduk dengan wajah tenang. Disampingnya, berdiri Menteri Pertahanan.

“langsung saja jelaskan duduk permasalahan”
“baik pak, merujuk pada operasi yang dilakukan satuan khusus TNI di wilayah Malaysia tempo hari yang lalu, Malaysia yang merasa tidak diterima langsung melakukan penyerangan balik. Mereka menghujani pos-pos berbatasan dengan artileri mereka. Intel Mabes TNI serta BIN juga melaporkan bahwa dalam waktu dekat ini mereka akan mendeklarasikan perang, tetapi mereka menunggu kita menyerang balik. Kemungkinan Australia akan turut membantu.”

Presiden terdiam, ia mengerti keadaan yang sedang terjadi.


“Bagaimana kesiapan TNI?”
“Kodam Tanjungpura sudah menyiapkan Satuan pemukul Yonif Raider 600. PPRC kostrad juga sudah disiagakan. Kapal selam sudah di sebar di lautan sekitar. Serta Pesawat Tempur F-18 yang berada di KRI Soekarno sudah terbang berpatroli di sana. Artileri Medan sudah di gelar di sepanjang perbatasan. TNI-AU sudah menyiapkan pengebom strategis TU-95 siap berangkat kapan pun anda memberi perintah pak”
Panglima TNI berujar Mantap.”

“baiklah, kalau mereka mau perang, kita buktikan kita bisa. Bagaimana rencana kalian”

Panglima TNI langsung membuka berkas didepannya lalu menjelaskannya kepada presiden.

“Kita akan mengaktifkan Operasi Satu Borneo. Tahap pertama, Kita akan mulai dengan menggempur Malaysia yang akan dilaksanakan oleh Batalyon Artileri Medan 16/105 Tarik, lalu begitu malaysia memutuskan menyerang, bisa pastikan mereka pasti akan melakukan pengeboman lebih dahulu. Kita akan kosongkan dulu daerah-daerah yang akan mereka bom. Begitu mereka memasukan infantri dan kavaleri darat mereka. Raider 600 yang diberbantukan satuan lainnya akan menahan mereka sementara sampai PPRC diterjunkan. Setalah itu kita masuk tahap kedua, TU-95 dari Skadron 21 akan berangkat dari Supadio. Mereka akan dikawal Su-30 dari Hasanudin yang sekarang sudah dipindahkan dan standby di Supadio serta F-18 dari KRI Soekarno dan KRI Hatta. Kalau ada Pesawat Malaysia yang masuk, S-300 siap menghadang bersama S-60. Beberapa korvet, Friget dan destroyer berpatroli disekitar selat malaka, kalau-kalau Malaysia bermaksud membuka front di sumatra. Skadron 12 di airbase pekanbaru sudah mensiagakan pesawat tempur Hawk”

“Oke, saya setuju rencana ini. Laksanakan Operasi Satu Borneo.”
“Siap Pak!”

Kolonel Subagyo dan yang lainnya segera berangkat ke Mabes TNI, mereka akan mengatur segala operasi dari sana.

Sesampai di Mabes, Panglima TNI tak menunggu lama lagi, ia langsung memerintahkan artileri untuk menyerang, lalu setelah itu segera mengosongkan area agar mereka tak jadi sasaran pengeboman malaysia. Kolonel Subagyo pun langsung berangkat ke Bandara Halim perdana kusuma.

Supadio Airbase
2100 Hours


“Cepat! Cepat! Semuanya segera masuk pesawat! Cepat! Dam, ayo cepat, kita harus segera berangkat sekarang!”
Letnan Satu Adam pun langsung berlari begitu diteriaki oleh Mayor Jono”

“iya pak, maaf. Tadi saya kebelet”
“halah kamu ini, bikin malu aja, liat tuh para pilot sukhoi aja udah siap dari tadi”
“iya pak maaf, hehehe..”
“sudah cepat ayo”

Lettu Adam langsung duduk disebelah Mayor Jono di dalam kokpit Tu-95 Bear.

Radio menyala, menara kontrol mengizinkan Skuadron 21 “Beruang Madu” untuk mengudara

“all system check, we’re ready to go”

Satu persatu pesawat Tu-95 mengudara. Skadron 21 terdiri dari 3 flight yang berisi masing-masing 5 pesawat. Berarti ada 15 pesawat Tu-95 yang mengudara malam itu.
Setelah deretan Tu-95 habis, Su-30 langsung menyusul. Skadron Udara 11 menurunkan 2 flight yang berisi 10 pesawat Sukhoi untuk mengawal Tu-95. Bila terjadi sesuatu, masih ada bantuan F-18 Hornet milik TNI-AL.

“Bear one, this is Coyote six. Keep straight to the norteast, we’re in the right way”
“Copy that, Dam, lurus aja. Cek ketinggian juga.”
“Bear one, if something happen to us and all of the flanker gone, F-18 Hornet from Navy will replace our position, they will escort you out of malaysian airspace.”
“Roger that, Bear one out”

Mayor Jono tegang.komandan flight sukhoi yang posisinya tepat di sebelah kirinya terlihat tegang dari suaranya. Ia merasa misi kali ini berbahaya. Ia bahkan tidak yakin bisa selamat. Belum lagi dengan kondisi pesawat yang sudah lama sekali tidak dipakai dalam operasi yang sesungguhnya, juga dengan sistem yang sedikit ketinggalan jaman. Ia hanya berharap tidak akan terjadi apa-apa dan ia dapat pulang ke keluarganya.


Perbatasan Indonesia-Malaysia
2130 Hours


“Ayo semua, kosongkan tempat ini. Sudah cukup gempurannya, kita harus pergi kalau tidak nanti mereka keburu membalas gempurannya. Ayo cepat!”

Terlihat Letnan Kolonel Baharudin berteriak-teriak.

Setelah semuanya kosong, ia langsung naik salah satu mobil dan menuju pusat kontrol yang jaraknya 10 km dari perbatasan.

“Hei sersan, ada kabar terbaru?”
“Jakarta sudah mengkonfirmasi pak, Malaysia mendeklarasikan perang terbuka. Mereka akan menembakan artileri mereka kira-kira…… sekarang.”

Benar saja, dari jauh terdenger suara ledakan-ledakan. Artileri malaysia terarah ketempat yang tadinya penuh dengan TNI, tanpa mereka ketahui bahwa tempat itu telah dikosongkan.

“sekarang kita tinggal berdoa PPRC dan Raider tepat waktu, kalau tidak, kita yang habis”


Markas Batalyon Infantri Raider/600
2135 Hours


“Pleton A bersama Letnan Jos, Pleton B bersama Letnan Gibran, Pleton C sama Letnan Joshua”
Kapten Roger seorang veteran yang berumur 39 tahun, memerintahkan anak buahnya untuk segera berbaris sambil menunggu heli penerbad menjemput. Kapten Roger merasa senang sekali mendapat perintah operasi, karena ia merasa, prajuritnya sudah merasa bosan karena tidak ada perintah operasi setahun belakangan ini.

Tak lama kemudian, Belasan Heli Mi-17 muncul.

“Semuanya ayo masuk, kita harus cepat. Kalau tidak teman-teman kita bisa dibantai du luan oleh cecunguk-cecunguk malaysia itu.”
“SIAP PAK!”

Maka prajurit Raider pun segera berangkat menuju daerah konflik di perbatasan.


Jakarta, Halim Perdana Kusuma Airbase
1900 Hours


Kolonel Subagyo sedang berbincang dengan salah satu temannya, Kolonel Frans

“kamu yang mimpin pasukan?”
“iya, kebetulan kan Divisi 1 yang lagi giliran jadi PPRC, makanya aku disuruh atasan buat mimpin pasukan”
“yaudah, yang penting kamu dan anak buahmu harus selamet ya. Jangan sampe ada apa-apa.”
“iya, pasti. Udah ya, aku harus berangkat sekarang. Tuh anak-anak udah pada masuk pesawat semua”


Kolonel Frans langsung masuk ke salah satu pesawat C-130.

“Pilot, semua sudah lengkap, ayo kita berangkat”

Tiba-tiba salah satu sersan bertanya,
“pak, berapa banyak yang harus kita lawan?”
“aku gak tau, sudah, pokoknya pastikan kamu tembak semua musuh didepan kamu.”
“iya pak, tapi saya tegang”
“gimana sih kamu, katanya dari kemaren gak sabar pengen terjun di operasi sebenernya.”
“iya pak, tapi saya belon pernah nembak orang”
“udah-udah, nanti juga terbiasa kok”

Frans menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan anak buahnya.
Dan pesawat pun sudah berada di udara menuju Kalimantan Timur

1 komentar:

abhi mengatakan...

bagus jal

kalo bisa judulnya dibuat dramatis dikit
misalnya yang ini: threat from the neighbor